Latest News

Askep Sc (Sectio Caesaria) Aplikasi Nanda Nic Noc - Ilmu Keperawatan

Askep SC (Sectio Caesaria) aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan persoalan sectio caesarea. Pada konsep askep sc pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari diagnose keparawatan dan juga intervensi keperawatan menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.

DEFINISI SECTIO CAESAREA

Sectio caesaria yaitu suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono , 2009).

PENYEBAB SECTIO CAESAREA

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea yaitu ruptur uteri iminen , perdarahan antepartum , ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin yaitu fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.

Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas sanggup diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:

CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) yaitu ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang sanggup mengakibatkan ibu tidak sanggup melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami.

Bentuk panggul yang mengatakan kelainan atau panggul patologis juga sanggup mengakibatkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut mengakibatkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang eksklusif disebabkan oleh kehamilan , alasannya yaitu terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan bisul , pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab maut maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting , yaitu bisa mengenali dan mengobati biar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan dinantikan satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini yaitu hamil aterm di atas 37 ahad , sedangkan di bawah 36 minggu.

Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini lantaran kelahiran kembar mempunyai resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu , bayi kembar pun sanggup mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir , contohnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan , adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir , tali sentra pendek dan ibu sulit bernafas.

Kelainan Letak Janin
1.Kelainan pada letak kepala
  • Letak kepala tengadah , Bagian terbawah yaitu puncak kepala , pada investigasi dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul , kepala bentuknya lingkaran , anaknya kecil atau mati , kerusakan dasar panggul.
  • Presentasi muka , Letak kepala tengadah (defleksi) , sehingga penggalan kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi , kira-kira 0 ,27-0 ,5 %.
  • Presentasi dahi , Posisi kepala antara fleksi dan defleksi , dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu , biasanya dengan sendirinya akan menjelma letak muka atau letak belakang kepala.


2.Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di penggalan bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang , yakni presentasi bokong , presentasi bokong kaki , tepat , presentasi bokong kaki tidak tepat dan presentasi kaki (Saifuddin , 2002).

KLASIFIKASI SECTIO CAESAREA

Sectio cesaria transperitonealis profunda

Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim , bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
  • Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
  • Bahaya peritonitis tidak besar.
  • Perut uterus umumnya berpengaruh sehingga ancaman ruptur uteri dikemudian hari tidak besar lantaran pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi menyerupai korpus uteri sehingga luka sanggup sembuh lebih sempurna.


Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal

Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri , pembedahan ini yang agak gampang dilakukan ,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melaksanakan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.

Sectio cacaria ekstra peritoneal

Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi ancaman injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini kini tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka , dilakukan pada pasien bisul uterin berat.

Section cesaria Hysteroctomi

Setelah sectio cesaria , dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
  • Atonia uteri
  • Plasenta accrete
  • Myoma uteri
  • Infeksi intra uteri berat


PATOFISIOLOGI SECTIO CAESARIA

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul , disfungsi uterus , distorsia jaringan lunak , placenta previa dll , untuk ibu.

Sedangkan untuk janin yaitu gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami penyesuaian post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang warta dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan menimbulkan ASI yang keluar hanya sedikit , luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh lantaran itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri yaitu salah utama lantaran insisi yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang kala bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak sanggup diatasi dengan mudah.

Akibatnya janin bisa mati , sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk efek terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif tanggapan sekret yan hiperbola lantaran kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi susukan pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah masakan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan pinjaman peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.

Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan lantaran reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan contoh eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin , Mansjoer & Prawirohardjo , 2002).

KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu SC yaitu :
Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
Ringan , dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
Sedang , suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan kehilangan cairan tubuh dan perut sedikit kembung
Berat , peritonealis , sepsis dan usus paralitik
Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi kalau pada dikala pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau lantaran atonia uteri.

Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing , embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

Kurang kuatnya parut pada dinding uterus , sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.

Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal

PEEMERIKSAAN PENUNJANG SECTIO CAESARIA

Berikut yaitu beberapa investigasi penunjang untuk pasien section caesaria.
  • Elektroensefalogram ( EEG ) , Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
  • Pemindaian CT , Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
  • Magneti resonance imaging (MRI) , Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio , mempunyai kegunaan untuk memperlihatkan kawasan – kawasan otak yang itdak terang terliht bila menggunakan pemindaian CT.
  • Pemindaian positron emission tomography ( PET ) , Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi , perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
  • Uji laboratorium , Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler , Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematocrit , Panel elektrolit , Skrining toksik dari serum dan urin , AGD , Kadar kalsium darah , Kadar natrium darah , Kadar magnesium darah.


PENATALAKSANAAN SECTIO CAESARIA

Perawatan awal
  • Letakan pasien dalam posisi pemulihan
  • Periksa kondisi pasien , cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama , kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit hingga sadar
  • Yakinkan jalan nafas higienis dan cukup ventilasi
  • Transfusi kalau diperlukan
  • Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi , segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah


Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya tidak boleh setelah penderita flatus kemudian dimulailah pemberian minuman dan masakan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi , berupa air putih dan air teh.

Mobilisasi
  • Mobilisasi dilakukan secara sedikit demi sedikit mencakup :
  • Miring kanan dan kiri sanggup dimulai semenjak 6 - 10 jam setelah operasi
  • Latihan pernafasan sanggup dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar
  • Hari kedua post operasi , penderita sanggup didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam kemudian menghembuskannya.
  • Kemudian posisi tidur telentang sanggup diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
  • Selanjutnya selama berturut-turut , hari demi hari , pasien dianjurkan mencar ilmu duduk selama sehari , mencar ilmu berjalan , dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 hingga hari ke5 pasca operasi.


Fungsi gastrointestinal
  • Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
  • Jika ada tanda bisul , tunggu bising usus timbul
  • Jika pasien bisa flatus mulai berikan masakan padat
  • Pemberian infus diteruskan hingga pasien bisa minum dengan baik


Perawatan fungsi kandung kemih
  • Jika urin jernih , kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau setelah semalam
  • Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang hingga urin jernih
  • Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang hingga minimum 7 hari atau urin jernih.
  • Jika sudah tidak menggunakan antibiotika  berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari hingga kateter dilepas
  • Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak yummy pada penderita , menghalangi involusi uterus dan mengakibatkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih usang lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.


Pembalutan dan perawatan luka
  • Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut
  • Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut , tapi beri plester untuk mengencangkan
  • Ganti pembalut dengan cara steril
  • Luka harus dijaga biar tetap kering dan bersih
  • Jahitan fasia yaitu utama dalam bedah abdomen , angkat jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC


Jika masih terdapat perdarahan
  • Lakukan masase uterus
  • Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit , ergometrin 0 ,2 mg I.M. dan prostaglandin


Jika terdapat tanda infeksi , berikan antibiotika kombinasi hingga pasien bebas demam   selama    48 jam :
  • Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
  • Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat tubuh I.V. setiap 8 jam
  • Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam


Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja susukan pencernaan
  • Pemberian analgesia setelah bedah sangat penting
  • Supositoria            = ketopropen sup 2x/ 24 jam
  • Oral                       = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
  • Injeksi                   = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu


Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita sanggup diberikan caboransia menyerupai neurobian I vit. C

Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
  • Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada kawasan operasi
  • Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.
  • Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) biar diding abdomen tidak tegang.
  • Diusahakan biar penderita tidak batuk atau menangis.
  • Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
  • Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
  • Selama waktu 3 bulan tidak boleh melaksanakan aktivitas yang sanggup menaikkan tekanan intra abdomen
  • Pengkajian difokuskan pada kelancaran susukan nafas , lantaran bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang mungkin disebab-kan lantaran efek obat-obatan , anestetik , narkotik dan lantaran tekanan diafragma.  Selain itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan mencurigai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak.  Oleh lantaran itu perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.
  • Keseimbangan cairan dan elektrolit , kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op menyerupai ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya efek anestesi.
  • Perawatan pasca operasi , Jadwal investigasi ulang tekanan darah , frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan terang , singkat dan terinci bila dijumpai adanya penyimpangan
  • Penatalaksanaan medis , Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan , Persiapan kulit pembedahan abdomen , Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole


ASKEP SECTIO CAESARIA APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya eksklusif saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Sectio Caesaria Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya sanggup dari literature-literatur.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN SECTIO CAESARIA
  1. Ansietas berafiliasi dengan perubahan status kesehatan
  2. Nyeri akut berafiliasi dengan biro injuri fisik
  3. Risiko infeksi


INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN SECTIO CAESARIA

DX.1.Ansietas berafiliasi dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:
Ansietas berkurang , dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan hingga sedang dan selau mengatakan pengendalian diri terhadap ansietas , diri , koping.

Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh indicator sibagai berikut:
1     tidak pernah
2     jarang
3     kadang-kadang
4     sering
5     selalu
Indicator
1
2
3
4
5
Merencanakan seni administrasi koping untuk situasi penuh tekanan





Mempertahankan performa peran





Memantau distorsi persepsi





Memantau manifestasi sikap ansietas





Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas







Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian
  • kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien , termasuk reaksi fisik setiap……..
  • kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
  • gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
  • reduksi ansietas (NIC); memilih kemampuan pengambilan keputusan pasien


Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
  • buat planning penyuluhan dengan tujuan ang realistis , termasuk kebutuhan untuk pengulangan , dukungan dan kebanggaan terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
  • berikan warta mengenai sumber komunitas yang tersedia , menyerupai teman , tetangga , kelompok swabantu , tempat ibadah , forum sukarelawan dan sentra rekreasi
  • informasikan perihal tanda-tanda ansietas
  • ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan tanda-tanda penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);
  • sediakan warta factual menyangkut diagnosis , terapi dan prognosis
  • instruksikan pasien perihal penggunaan teknik relaksasi
  • jelaskan semua mekanisme , termasuk sensasi yang biasanya dialami selama prosedur


Aktivitas kolaboratif
  • penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas kalau perlu


Aktivitas lain
  • pada dikala ansietas berat , dampingi pasien , bicara dengan damai , dan berikan ketenangan serta rasa nyaman
  • beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara ekspresi pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
  • bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi dikala ini , sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
  • sediakan pengalihan melaui televise , radio , permainan serta terapi okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
  • coba teknik menyerupai imajinasi bombing dan relaksasi progresif
  • dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi , serta izinkan pasien untuk menangis
  • yakinkan kembali pasien melalui sentuhan , dan sikap empatik secara ekspresi dan nonverbal secara bergantian
  • sediakan lingkungan yang damai dan batasi kontak dengan orang lain
  • sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang sanggup diterima oleh pasien
  • singkirkan sumber-sumber ansietas kalau memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);
  • gunakan pendekatan yang damai dan meyakinkan
  • nyatakan dengan terang perihal cita-cita terhadap sikap pasien
  • damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
  • berikan pijatan punggung , pijatan leher kalau perlu
  • jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
  • bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas


DX.2.Nyeri akut berafiliasi dengan biro injuri fisik

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:
Memperlihatkan pengendaian nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1     tidak pernah
2     jarang
3     kadang-kadang
4     sering
5     selalu
Indicator
1
2
3
4
5
Mengenali awitan nyeri





Menggunakan tindakan pencegahan





Melaporkan nyeri sanggup dikendaikan






Menunjukan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1     sangat berat
2     berat
3     sedang
4     ringan
5     tidak ada
Indicator
1
2
3
4
5
Ekspresi nyeri pada wajah





Gelisah atau ketegangan otot





Durasi episode nyeri





Merintih dan menangis





gelisah






  • memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
  • mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
  • melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
  • mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
  • melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
  • melaporkan contoh tidur yang baik


Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
  • Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan warta pengkajian
  • Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
  • Gunakan denah alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan imbas sampingnya
  • Kaji dampak agama , budaya dan kepercayaan , dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
  • Dalam mengkaji nyeri pasien , gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien

Manajemen nyeri:
  • Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif mencakup lokasi , karakteristik , awitan dan durasi , frekuensi , kualitas , intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
  • Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan , khususnya pada mereka yang tidak bisa berkomunikasi efektif


Penyuluhan untuk pasien/keluarga
  • Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum , frekuensi , frekuensi pemberian , kemungkinan imbas samping , kemungkinan interaksi obat , kewaspadaan khusus dikala mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
  • Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat kalau peredaan nyeri tidak sanggup dicapai
  • Informasikan kepada pasien perihal mekanisme yang sanggup meningkatkan nyeri dan tawarkan seni administrasi koping yang ditawarkan
  • Perbaiki kesalahan persepsi perihal analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:
  • Berikan warta perihal nyeri , menyerupai penyebab nyeri , berapa usang akan berlangsung , dan antisipasi ketidaknyamanan tanggapan prosedur
  • Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi , distraksi , terapi)


Aktivitas kolaboratif
  • Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terpola (missal , setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:
  • Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
  • Laporkan kepada dokter kalau tindakan tidak berhasil atau kalau keluhan dikala ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu


DX.3.Risiko infeksi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:
  • Factor resiko bisul akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko komunitas , penyakit menular , status imun , keparahan bisul , keparahan bisul bai gres lahir , pengendalian resiko PMS , dan penyembuhan luka primer dan sekunder.
  • Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1     tidak pernah
2     jarang
3     kadang-kadang
4     sering
5     selalu
Indicator
1
2
3
4
5
Memantau sikap seksual terhadap resiko pajanan PMS





Mengikuti seni administrasi pengendalian pemajanan





Menggunakan metode pengendalian penularan PMS






Contoh lain: pasien dan keluarga akan:
  • Terbatas dari tanda dan tanda-tanda infeksi
  • Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
  • Mengindikasikan status gi , pernapasan , genitourinaria dan imun dalam batas normal
  • Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
  • Melaporkan tanda atau tanda-tanda bisul serta mengikuti mekanisme skrining dan pemantauan


Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
  • Pantau tanda dan tanda-tanda bisul (suhu , denut jantung , drainase , penampilan luka , sekresi , penampilan urin , suhu kulit , lesi kulit , keletihan dan malaise)
  • Kaji factor yang sanggup meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
  • Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap , hitung granulosit , absolute , hitung jenis , protein serum , albumin)
  • Amati penampilan praktek hygiene personal untuk proteksi terhadap infeksi


Penyuluhan untuk pasien/keluarga
  • Jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan resiko terhadap infeksi
  • Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
  • Jelaskan manfaat dan rasional serta imbas samping imunisasi
  • Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi

Pengendalian bisul (NIC):
  • Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar
  • Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien


Aktivitas kolaboratif
  • Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek bisul atau kultur positif
  • Pengendalian bisul (NIC): berikan terapi antibiotic , bila diperlukan


Aktivitas lain
  • Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami bisul dan memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi

Pengendalian bisul (NIC):
  • Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
  • Pertahankan tehnik isolasi , bila diperlukan
  • Terapkan kewaspadaan universal
  • Batasi jumlah pengunjung , bila diperlukan


Itulah konsep asuhan keperawatan sectio caesaria aplikasi nanda nic noc. Mudah-mudahan sanggup bermanfaat bagi anda.

Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA , Intervensi NIC , Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih , S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti , S ,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges , EM , 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.

Silahkan submit email anda untuk mendapat update artikel terbaru dari Ilmu Keperawatan:

0 Response to "Askep Sc (Sectio Caesaria) Aplikasi Nanda Nic Noc - Ilmu Keperawatan"

Total Pageviews