Latest News

Askep Fraktur Tibia & Fibula - Ilmu Keperawatan


 A.  Pengertian
Fraktur ialah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukansesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi bila tulang dikenai stress yang lebihbesar dari yang sanggup diabsorpsinya. Fraktur Tibia Fibula ialah terputusnyatulang tibia dan fibula. ( Smeltzer & Bare , 2001 : 2357 )

B.  Etiologi
Penyebabfraktur diantaranya :
1.      Trauma
a.       Trauma pribadi : Benturan padatulang menimbulkan ditempat tersebut.
b.      Trauma tidaklangsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
2.      Fraktur Patologis
Frakturdisebabkan lantaran proses penyakit ibarat osteoporosis , kanker tulang danlain-lain.
3.      Degenerasi

Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri :usia lanjut
4.      Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat berpengaruh ibarat olah raga.

C.  Patofisiologi
Ketika patah tulang , terjadikerusakan di korteks , pembuluh darah , sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatdari hal tersebut terjadi perdarahan , kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.Keadaan ini menimbulkan hematom pada saluran medul antara tepi tulang bawahperiostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya responinflamasi jawaban sirkulasi jaringan nekrotik ditandai dengan fase vasodilatasidari plasma dan leukosit , ketika terjadi kerusakan tulang , tubuh mulaimelakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera , tahap ini menunjukkantahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk biasa menyebabkanpeningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasanlemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplaiorgan-organ yang lain. Hematom mengakibatkan dilatasi kapiler di otot , sehinggameningkatkan tekanan kapiler di otot , sehingga meningkatkan tekanan kapiler ,kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemik dan mengakibatkan proteinplasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini mengakibatkan terjadinya edema.Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf , yang bila berlangsung usang bisamenyebabkan syndrom comportement.

D.  Klasifikasi
Jenis Fraktur :
1.      Fraktur komplet : Fraktur / patahpada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisinormal.
2.      Fraktur tidak komplet : Fraktur /patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
3.      Fraktur tertutup : Fraktur yangtidak mengakibatkan robeknya kulit , jadi fragmen frakturnya tidak menembusjaringan kulit.
4.      Fraktur terbuka : Fraktur yangdisertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembuskulit) , dimana kuman dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur(terkontaminasi oleh benda asing).
a.       Grade I : Lukabersih , panjang
b.      Grade II : Lukalebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
c.       Grade III : Sangat terkontaminasidan mengalami kerusakan jaringan lunak yang ekstensif , merupakan yang palingberat. (Smeltzer & Bare and Bare , 2002 : 2357 – 2358)
Jenis khusus fraktur :
1.      Greenstick : Fraktur dimana salahsatu sisi tulang patah , sedang sisi lainnya membengkok.
2.      Tranversal: Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3.      Oblik : Fraktur membentuk sudut dengangaris tengah tulang.
4.      Spiral :Fraktur memuntir seputar batang tulang
5.      Kominutif :Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
6.      Depresi : Fraktur dengan fragmenpatahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulangwajah)
7.      Kompresi : Fraktur dimana tulangmengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
8.      Patologik : Fraktur yang terjadipada tempat tulang berpenyakit (kista tulang , penyakit pegel , tumor)
9.      Avulsi : Tertariknya fragmen tulangoleh ligament atau tendon pada perlekatannya
10.  Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11.  Impaksi : Fraktur dimana fragmentulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.(Smeltzer & Bare and Bare ,2002 : 2357 – 2358)

E.   Manifestasi Klinis
1.      Nyeri terus menerus dan bertambahberatnya hingga fragmen tulang   diimobilisasi. Spasme otot yangmenyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untukmeminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2.      Deformitas sanggup disebabkanpergeseran fragmen pada fraktur lengan dan eksremitas. Deformitas sanggup diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapatberfungsi dengan baik lantaran fungsi  normal otot bergantung padaintegritas tulang tempat melengketnya obat.
3.      Pemendekan tulang , lantaran kontraksiotot yang menempel diatas dan dibawah  tempat fraktur. Fragmen seringsaling melingkupi satu sama lain hingga 2 ,5 hingga 5 ,5 cm
4.      Krepitasi yaitu pada saatekstremitas diperiksa dengan tangan , teraba adanya derik tulang. Krepitasi yangteraba jawaban tabrakan antar fragmen satu dengan lainnya.
5.      Pembengkakan dan perubahan warnalokal pada kulit terjadi jawaban syok dan perdarahan yang mengikuti fraktur.Tanda ini gres terjadi sehabis beberapa jam atau beberapa hari sehabis cedera.

F.   Proses Penyembuhan Tulang
1.      Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluhdarah yang rusak , hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum danotot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.
2.      Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum ,disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktiftumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsumtulang , terjadi sehabis hari kedua kecelakaan terjadi.
3.      Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memperlihatkan regiditaspada fraktur , massa kalus terlihat pada x-ray yang memperlihatkan fraktur telahmenyatu. Terjadi sehabis 6 – 10 hari sehabis kecelakaan terjadi.
4.      Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi , frakturteraba telah menyatu , secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi padaminggu ke 3 – 10 sehabis kecelakaan.
5.      Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisilokasi eks fraktur. Tulang yang hiperbola dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada6 -8 bulan. (Rasjad , 1998 : 399 – 401)

G.  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan rontgen : menentukanlokasi / luasnya fraktur trauma
2.      Scan tulang , tomogram , scan CT / MRI: memperlihatkan fraktur , juga sanggup dipakai untuk mengidentifikasi kerusakanjaringan lunak.
3.      Arteriogram :dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4.      Hitung daerahlengkap : HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menurun(  pendarahan sel darah putih ialah respon stress normal setelahtrauma).
5.      Kreatinin :Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.(Doenges , 2000 : 762)

H.  Penatalaksanaan
Ada empat konsep dasar dalam menanganifraktur , yaitu :
1.      Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaianfraktur. Prinsipnya ialah mengetahui riwayat kecelakaan , derajat keparahannya ,jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi perihal insiden yang terjadi olehpenderita sendiri.
2.      Reduksi
Reduksi ialah perjuangan / tindakan manipulasi fragmen-fragmenseperti letak asalnya. Tindakan ini sanggup dilaksanakan secara efektif di dalamruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selamatindakan , penderita sanggup diberi narkotika IV , sedative atau blok saraf lokal.
3.      Retensi
Setelah fraktur direduksi , fragmen tulang harus dimobilisasiatau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadipenyatuan. Immobilisasi sanggup dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna.Metode fiksasi eksterna mencakup gips , bidai , traksi dan teknik fiksatoreksterna.
4.      Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semuladengan cara melaksanakan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengankemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untukmeminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.( Smeltzer &Bare , 2001 : 2360 – 2361 )

Kebanyakan fraktur tibia tertutupditangani dengan reduksi tertutup dan imobilisasi awal dengan gips sepanjangtungkai jalan atau patellar – tendon – bearing. Reduski harusrelative akurat dalam hal angulasi dan rotasinya. Ada saatnya di mana sangatsulit mempertahankan reduksi , sehingga perlu dipasang pin perkutaneus dandipertahankan dalam posisinya dengan gips ( mis. Teknik pin dalam gips ) ataufiksator eksterna yang digunakan. Pembebanan berat tubuh parsial biasanyadiperbolehkan dalam 7 samapi 10 hari. Aktivitas akan mengurangi edema danmeningkatkan peredaran darah. Gips diganti menjadi gips tungkai pendek ataubrace dalam 3 hingga 4 ahad , yang memungkinkan gerakan lutut. Penyembuhanfraktur memerlukan waktu 6 hingga 10 minggu.
Fraktur terbuka atau komunitif dapatditangani dengan traksi skelet , fiksasi interna dengan batang , plat atau nail ,atau fiksasi eksterna. Latihan kaki dan lutut harus didorong dalam batas alatimobilisasi. Pembebanan berat tubuh dimulai sesuai resep , biasanya 4 hingga 6minggu.( Smeltzer & Bare & Bare , 2001 : 2386 )

I.     Gambaran Umum ORIF ( OpenReduduction Intra Fixation )
ORIF ialah suatu bentuk pembedahandengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. FungsiORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang supaya tetap menyatu dan tidakmengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary Nail biasanyadigunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur tranvers.
Open Reduction and Internal Fixation(ORIF) atau Reduksi terbuka dengan Fiksasi Internal. ORIF akan mengimobilisasifraktur dengan melaksanakan pembedahan untuk memasukan paku , sekrup atau penkedalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang pada fraktursecara bersamaan. 

J.     Asuhankeperawatan
1.      Pengkajian
Menurut Doenges , Marilynn. 2000 : 761 ialah data dasarpengkajian klien ialah sebagai berikut :
a.       Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada kepingan yangterkena (mungkin segera , fraktur itu sendiri , atau terjadi secara sekunder ,dari pembengkakan jaringan , nyeri).
b.      Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai responterhadap nyeri atau ansietas) dan hipotensi. Takikardia (respon stress ,hipovolemia). Penurunan atau tak ada nadi pada kepingan distal yang cedera ,pengisian kapiler lambat , pucat pada kepingan yang terkena. Pembengkakan jaringanatau massa hematoma pada sisi cedera.
c.       Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot. Kebas atau kesemutan(parestesis).
Tanda : Deformitas lokal; angulasi asing , pemendekan ,rotasi , krepitasi , spasme otot , terlihat kelemahan atau hilang fungsi. Agitasi(mungkin berafiliasi dengan nyeri atau ansietas atau syok lain).
d.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada dikala cedera (mungkin terlokalisasi padaarea jaringan atau kerusakan tulang; sanggup berkurang pada imobilisasi); tak adanyeri jawaban kerusakan saraf. Spasme atau kram otot sehabis imobilisasi).
e.       Keamanan
Tanda : Laserasi kulit , avulsi jaringan , perdarahan , perubahan warna.Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara sedikit demi sedikit atau tiba-tiba).
f.       Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera. Memerlukan dukungan dengan transportasi , aktivitasperawatan diri , dan kiprah pemeliharaan atau perawatan rumah.

2.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges , Marilynn dan Lynda juall , Carpenitodiagnosa keperawatan yang sanggup di tegakkan pada klien dengan fraktur meliputi:
a.       Resiko tinggi syok berhubungandengan kehilangan integritas tulang (fraktur).
b.      Nyeri akut berafiliasi dengan spasmeotot , gerakan fragmen tulang , edema dan cedera pada jaringan lunak.
c.       Resiko tinggi disfungsineurovaskuler perifer , berafiliasi dengan penurunan aliran darah ; cederavaskuler pribadi , edema hiperbola , pembentukan trombus.
d.      Resiko tinggi kerusakan pertukarangas berafiliasi dengan perubahan aliran darah atau emboli lemak , perubahanmembran alveolar atau kapiler.
e.       Kerusakan mobilitas fisikberhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler , nyeri , terapi restriktik(imobilisasi tungkai).
f.       Resiko tinggi kerusakan integritaskulit berafiliasi dengan cedera tusuk , fraktur terbuka , bedah perbaikan ,pemasangan traksi , pen , kawat , sekrup.
g.      Resiko tinggi infeksi berhubungandengan tidak adekuatnya pertahanan primer; kerusakan kulit , syok jaringan ,terpajan pada lingkungan.
h.      Kurang pengetahuan (kebutuhanbelajar perihal kondisi , prognosis , dan kebutuhan pengobatan) berhubungandengan tidak mengenal sumber informasi.

3.      Perencanaan Keperawatan
Lihat di NANDA

DAFTAR PUSTAKA

Doenges , Marilynn E. et.al. (2000)Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan PendokumentasianPerawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Rasjad , Chairuddin. 2003. PengantarIlmu Bedah Ortopedi. Makasar : Lintang Imumpasue.
Smeltzer , Suzanne C. Bare Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal  Bedah Brunner & Suddarth ,Edisi 8. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi FisiologiUntuk Mahasiswa Keperawatan , Edisi III. Jakarta : EGC.


Silahkan submit email anda untuk mendapat update artikel terbaru dari Ilmu Keperawatan:

0 Response to "Askep Fraktur Tibia & Fibula - Ilmu Keperawatan"

Total Pageviews