Latest News

Budidaya Alpukat/ Avokad

Budidaya Alpukat/ Avokad - . Tanaman alpukat banyak sekali keuntungannya sehingga banyak orang yang ingin melaksanakan budidaya alpukat. Dalam budidaya pohon alpukat ini banyak hal yang perlu diperhatikan supaya hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Mari kita mencar ilmu bantu-membantu perihal bagai mana perihal budidaya tumbuhan alpukat/ avokad tersebut.

Nama alpukat di setiap kawasan berbeda-beda sebutannya, contohnya alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada kala ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di kawasan dataran tinggi.

Tanaman alpukat ada 3 tipe keturunan/ras, bila menurut sifat ekologis, yaitu:.

A. Ras Meksiko
  • Jenis alpukat ini berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador yang beriklim semi tropis dgn ketinggian antara 2.400-2.800 M dpl. Ras Meksiko tahan terhadap suhu dingin.Jenis ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Waktu yang diharapkan dari bunga hingga buah sanggup dipanen lebih kurang 6 bulan. Buahnya kecil yang beratnya sekitar 100-225 gr, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi.
B. Ras Guatemala
  • Jenis Alpukat ini berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah dengan beriklim sub tropis yg cocok ditanam pada ketinggian sekitar 800-2.400 M dpl. Berbeda dengan ras Meksiko, ras ini kurang tahan terhadap suhu hambar (toleransi hingga -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, beratnya sekitar 200-2.300 gr, kulit buah tebal, keras, gampang rusak dan bergairah (berbintil-bintil). Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang. Waktu yang diharapkan dari bunga hingga buah sanggup dipanen lebih kurang 6 bulan 9-12 bulan. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat.
C. Ras Hindia Barat
  • Jenis Alpukat ini berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 M dpl. Ciri-cirinya ialah sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi hingga minus 2 derajat C, daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain, berat buah sekitar 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. . Kandungan minyak dan daging buahnya paling rendah. Buah masak 6-9 bulan setelah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar.
Varietas-varietas alpukat di Indonesia yaitu:

A. Varietas unggul

Disebut varietas unggul lantaran produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil menempel pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Contoh varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
  • Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bulat 6-8 m.
  • Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bulat bulat panjang dengan tepi berombak.
  • Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bulat terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
  • Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bulat 9 cm.
  • Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bulat 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
  • Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bulat 0,3-0,4 kg.
  • Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bulat lonjong (oblong).
  • Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bulat enak, gurih, agak kering.
  • Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bulat 7,5 cm.
B. Varietas lain

Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang ialah alpukat merah panjang, edranol, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, mexcola, duke, ryan, leucadia, collinson, waldin, ganter, queen dan merah bundar.

3. MANFAAT TANAMAN
Bagian tumbuhan alpukat yang banyak dimanfaatkan ialah buahnya sebagai masakan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa ialah digunakan sebagai materi pangan yang diolah dalam banyak sekali masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat ialah untuk materi dasar kosmetik.
Bagian lain yang sanggup dimanfaatkan ialah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat kerikil ginjal, rematik).

Manfaat alpukat untuk kesehatan antara lain
1. Manfaat Alpukat untuk mengobati darah tinggi :
  • Bahan : 3 lembar daun alpokat
  • Caranya : dicuci higienis kemudian diseduh dengan 1 gelas air panas. Setelah hambar diminum sekaligus.
2. Manfaat Alpukat untuk kulit muka kering:
  • Bahan : Buah alpukat yang masak
  • Caranya : diambil isinya kemudian dilumatkan hingga mirip bubur. Dipakai untuk masker, dengan cara memoles muka yang kering. Muka dibasuh dengan air setelah lapisan masker alpokat tersebut mengering.
3. Manfaat Alpukat untuk sariawan:
  • Sebuah isi alpokat yang sudah masak diberi 2 sendok makan madu murni, diaduk merata kemudian dimakan. Lakukan setiap hari hingga sembuh.
4. Manfaat Alpukat untuk kencing batu:
  • Bahan : 4 lembar daun alpokat, 3 buah rimpang teki, 5 tangkai daun randu, setengah biji pinang, 1 buah pala, 3 jari gula enau.
  • Caranya : materi dicuci kemudian direbus dengan 3 gelas air higienis hingga tersisa 2 1/4 gelas. Setelah hambar disaring kemudian diminum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
5. Manfaat Alpukat untuk sakit gigi berlubang:
  • Caranya : Lubang pada gigi dimasukkan bubuk biji alpokat.

6. Bengkak lantaran Peradangan:
  • Caranya : Bubuk dari biji secukupnya ditambah sedikit air hingga menjadi gabungan mirip bubur, balurkan kebagian badan yang sakit.

7. Manfaat Alpukat untuk kencing manis:
  • Biji dipanggang di atas api kemudian dipotong kecil-kecil dengan golok, kemudian digodok dengan air higienis hingga airnya menjadi coklat.
  • Saring, minum setelah dingin.
8. Teh daun alpokat 
Baik untuk menghilangkan rasa sakit kepala, nyeri lambung, bisul pada kanal napas, rasa nyeri syaraf (Neuralgia) dan tiba haid tidak teratur

4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, tumbuhan alpukat masih merupakan tumbuhan pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat ialah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

Syarat Pertumbuhan Tanaman Alpukat
A. Media Tanam
  1. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat ialah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan.
  2. Tanaman alpukat biar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak gampang tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung materi organik.
  3. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam hingga netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tumbuhan akan  menderita keracunan lantaran unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional mirip Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

B. Iklimnya
  1. Curah hujan minimum untuk pertumbuhan ialah 750-1000 mm/tahun. Jenis Alpukat Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah  beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk kawasan dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tumbuhan alpukat masih sanggup tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.
  2. Angin diharapkan oleh tumbuhan alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam sanggup dapat mematahkan ranting dan percabangan tumbuhan alpukat yang tergolong lunak, ringkih dan gampang patah.
  3. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca hambar dan iklim  kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.
  4. Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tumbuhan alpukat sanggup tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, tumbuhan alpukat sanggup mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tumbuhan alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko mempunyai daya toleransi hingga –7 derajat C, Guatemala hingga -4,5 derajat C, dan Hindia Barat hingga 2 derajat C.
C. Ketinggian Tempat Tanam
Pada umumnya tumbuhan alpukat sanggup tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, yaitu 5-1500 M dpl. Namun tumbuhan ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk jenis alpukat Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di kawasan dengan ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 M dpl.

Pedoman Budidaya Alpukat/ Avokad

A.Persyaratan Bibit

Bibit alpukat yang baik antara lain yang berasal dari
  a) Buah yang sudah cukup tua.
  b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
  c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.

B. Penyiapan Bibit Alpukat
  • Bibit alpukat hanya sanggup diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi).Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan lantaran tumbuhan usang berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
C. Teknik Penyemaian Bibit

-Penyambungan pucuk/ enten
  • Pohon pokok yang digunakan untuk enten ialah tumbuhan yang sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tumbuhan berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah bau tanah dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat ialah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak sanggup kuncup pada tumbuhan pokok. Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tumbuhan disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tumbuhan disemprot fungisida. Pada demam isu kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane. Bibit biasanya sudah sanggup dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada ketika permulaan demam isu hujan
- Penyambungan mata/ okulasi
Okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada ketika kulit batang semai gampang dilepaskan dari kayunya. Caranya ialah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah kemudian dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan hingga tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, kemudian dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata sanggup lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka kepingan pohon pokok yang dilengkungkan dipotong sempurna di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini sanggup dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik ialah pada ketika permulaan demam isu hujan. Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelembaban udara biar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25°C). Selain itu juga jangan dilakukan pada demam isu hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 ahad sekali. Pemupukan sanggup bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun sanggup juga diberikan dengan takaran sesuai tawaran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja

Pengolahan Media Tanam
  • Lahan untuk tumbuhan alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus higienis dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, kemudian dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan ketika demam isu kering sehingga penanaman nantinya sanggup dilakukan pada awal atau ketika demam isu hujan.
Teknik Penanaman Alpukat
A. Pola Penanaman
  • Pola penanaman alpukat dilakukan secara kombinasi antara varietas-varietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tumbuhan alpukat tidak sanggup melaksanakan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang mempunyai tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A ialah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B ialah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh lantaran itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang mempunyai tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
B. Pembuatan Lubang Tanam
  • Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
  • Tanah kepingan atas dan bawah dipisahkan.
  • Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi mirip semula. Tanah kepingan atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk sangkar sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
  • Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.
C. Cara Penanaman
Waktu penanaman yang sempurna ialah pada awal demam isu hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan ialah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan.

Langkah-langkah :
  • Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
  • Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya biar gumpalan tanah tetap utuh.
  • Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, kemudian ditimbun dan diikatkan ke ajir.
  • Setiap bibit alpukat sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibentuk miring dengan kepingan yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi hingga tumbuh tunas-tunas gres atau lebih kurang 2-3 minggu.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiangan
  • Gulma merupakan tentangan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh lantaran itu, biar tumbuhan sanggup tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
Penggemburan Tanah
  • Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit sehingga akar tumbuhan tidak sanggup leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tumbuhan perlu digemburkan dengan hati-hati biar akar tidak putus.
Penyiraman
  • Bibit alpukat yang gres ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang sempurna untuk menyiram ialah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
Pemangkasan Tanaman
  • Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati biar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
Pemupukan
  • Dalam budidaya tumbuhan alpukat diharapkan kegiatan pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tumbuhan alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan takaran kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila kegiatan pemupukan tahunan memakai pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tumbuhan berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tumbuhan umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun.
Mengingat tumbuhan alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibentuk sempurna di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman

Hama dan Penyakit Alpukat
Hama pada Daun 

1) Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
  • Ciri: Panjang badan 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala. Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tumbuhan tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan. Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung materi aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan takaran 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan takaran 2-3 cc/liter.
2) Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
  • Ciri: Sayap kupu-kupu sanggup mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang berwarna coklat.Gejala: Sama dengan tanda-tanda serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun. Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.
3) Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.
  • Ciri: Warna badan hijau bau tanah hingga hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan. Gejala: Pertumbuhan tumbuhan terganggu. Pada serangan yang ahli tumbuhan akan kerdil dan terpilin. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, contohnya Orthene 75 SP dengan takaran 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.
4) Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso
  • Ciri: Bentuk badan elips, berwarna coklat kekuningan hingga merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran badan 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi badan dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di kepingan pantatnya. Gejala: Pertumbuhan tumbuhan terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terjangkit akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan usang kelamaan kering. Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung materi aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC takaran 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S takaran 0,2% dari konsentrasi fomula.
5) Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)
  • Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan kepingan verbal putih, ukuran badan 0,5 mm. Gejala: Permukaan daun berbintik-bintik kuning yang kemudian akan bermetamorfosis merah bau tanah mirip karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang ahli sanggup mengakibatkan daun menjadi layu dan rontok. Pengendalian: Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung materi aktif dikofoldan, dengan takaran 0,6-1 liter/ha.
Hama pada Buah

1) Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)
  • Ciri: Ukuran badan 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat bau tanah bercak kuning/putih dan kepingan perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada ketika masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm. Gejala: Terlihat bintik hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan bacokan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk lantaran dimakan larva. Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida sanggup dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos takaran 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik ialah memusnahkan semua buah yang terjangkit atau membalik tanah biar larva terkena sinar matahari dan mati.
2) Codot (Cynopterus sp)
  • Ciri: Tubuh mirip kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buah-buahan pada malam hari. Gejala: Terdapat kepingan buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terjangkit hanya yang telah tua, dan kepingan yang dimakan ialah daging buahnya saja. Pengendalian: Menangkap codot memakai jala/menakut-nakutinya memakai kincir angin yang diberi peluit sehingga sanggup mengakibatkan suara.

Hama pada Cabang/Ranting

1) Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).
  • Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tumbuhan kopi ini berwarna coklat bau tanah dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm. Gejala: Terdapat lubang yang ibarat terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu sanggup semakin besar sehingga masakan tidak sanggup tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu dan karenanya cabang atau ranting tersebut mati. Pengendalian: Cabang/ranting yang terjangkit dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP dengan takaran dukungan 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC takaran 1-2 cc/liter.
Penyakit yang disebabkan Jamur

1) Antraknosa
  • Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat hijau hingga hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga.
  • Gejala: Penyakit ini menyerang semua kepingan tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tumbuhan yang terjangkit akan gugur. Pengendalian: Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah bau tanah tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb mirip pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 ahad sebelum pemetikan dengan takaran 2-2,5 gram/liter.
2) Bercak daun atau bercak cokelat
  • Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab. Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat bau tanah di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang sanggup dimasuki organisme lain.Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan takaran 1-2 gram/liter atau sanggup juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
3) Busuk akar dan kanker batang
  • Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung materi organik, menyukai tanah lembap dengan drainase jelek. Gejala: Bila tumbuhan yang terjangkit akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal ialah selesai hidup pohon. Bila batang tumbuhan yang terjangkit maka akan tampak perubahan warna kulit pada pangkal batang. Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan hingga ada air yang menggenang/dengan membongkar tumbuhan yang terjangkit kemudian diganti dengan tumbuhan yang baru.
4) Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah. Gejala: Bagian yang pertama kali diserang ialah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke kepingan buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil. Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan takaran 2-2,5 gram/liter.

Ciri-ciri buah yang sudah bau tanah tetapi belum masak adalah:
  • warna kulit bau tanah tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
  • bila buah diketuk dengan punggung kuku, mengakibatkan bunyi yang nyaring;
  • bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.
Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar hingga enam bulan kemudian, lantaran buah alpukat biasanya bau tanah setelah 6-7 bulan dari ketika bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh
tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah bau tanah dan siap dipanen.

Cara Panen Alpukat
  • Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik memakai tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen sanggup dibantu dengan memakai alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada kepingan bersahabat tangkai buah.

Periode Panen
  • Biasanya alpukat mengalami demam isu berbunga pada awal demam isu hujan, dan demam isu berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, demam isu panen sanggup terjadi setiap bulan.
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik sanggup mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang sanggup diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.

Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pembersihan tergantung pada kotoran yang menempel.

Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan semenjak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan menentukan buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan ialah yang mempunyai ciri sebagai berikut:
  1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
  2. Cukup bau tanah tapi belum matang.
  3. Ukuran buah seragam. Biasanya digunakan standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
  4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak ialah yang berbentuk lonceng.
Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri ialah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan. 

Pemeraman dan Penyimpanan
  • Alpukat gres sanggup dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diharapkan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada ketika sudah cukup ketuaannya). Bila batas waktu tenggang tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman lantaran batas waktu tenggang ini diadaptasi dengan lamanya perjalanan untuk hingga di tempat tujuan. Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya hingga sekitar 7 hari (sejak petik hingga siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut sanggup dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan sanggup diperlambat samapai 30-40 hari.
Pengemasan dan Pengangkutan
  • Kemasan ialah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, kemudian diangkut dengan memakai truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya memakai kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton.
Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran menurut berat, yaitu:
  1. Alpokat besar : 451-550 gram/buah
  2. Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
  3. Alpokat kecil : 250-350 gram/buah
Sedangkan syarat mutu ialah sebagai berikut:
  1. Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
  2. Tingkat ketuaan: mutu I bau tanah tapi tidak terlalu matang; mutu II bau tanah tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik
  3. Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik
  4. Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
  5. Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam;
  6. Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%;
  7. Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%;
  8. Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik
Pengemasan
  • Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa materi penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat higienis maksimum 20 kg.Di kepingan luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, kawasan asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia dan tempat tujuan. [baca juga Budidaya Tanaman Pala]
Demikian artikel perihal Budidaya Alpukat/ Avokad , semoga sanggup memberi manfaat

0 Response to "Budidaya Alpukat/ Avokad"

Total Pageviews