Valentine day |
Momentum ini sangat disukai oleh belum dewasa remaja, terutama belum dewasa yang hidup diperkotaan. Makanya tanggal 14 Februari mereka akan larut dalam suka cita bersama orang yang mereka sayangi menyerupai orang tua, teman dan saudara (banyaknya sih sama pacar :-) ) hehe
Tapi sayang, banyak dari mereka, anak remaja belum tahu esensi atau maknanya dari hari kasih sayang ini. tidak sedikit mereka melaksanakan zina mengatas nama kasih sayang, tidak sedikit juga yang melawan orang renta cuma ingin minta uang tambahan untuk membeli coklat hadiah untuk pacarnya. Naudzubilahi min Dzalik
Jadi bolehkah merayakan valentine day? Boleh, bila kalian Non Muslim.
Kalau saya seorang Muslim, boleh ikut merayakannya? sebelum dijawab, silakan simak hasil penelusuran dan kajian saya dibawah ini.
Sejarah Valentine Day
Sesungguhnya, belum ada komitmen final di antara para sejarawan ihwal apa yang gotong royong terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Ada banyak versi ihwal asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling terkenal memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui simpulan hayat pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang terperinci dan tidak mempunyai silang pendapat yaitu kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada ijab kabul suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu yang kuasa berjulukan Lupercus, sang yang kuasa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melaksanakan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para wanita muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu alasannya yaitu mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan sanggup mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia yaitu rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) berjulukan Juno Februata.
Pada hari ini, para cowok berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap cowok dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang cowok yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta santunan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk sanggup menerima lecutan alasannya yaitu menganggap bahwa kian banyak menerima lecutan maka mereka akan bertambah bagus dan subur.
Ketika agama Kristen Kristen masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya yaitu Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada pedoman Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menimbulkan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, menyerupai telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada klarifikasi yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya alasannya yaitu tiap sumber mengisahkan dongeng yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan semoga menangkap dan memenjarakan Santo Valentine alasannya yaitu ia dengan berani menyatakan tuhannya yaitu Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine kemudian menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan berpengaruh di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar kemudian melarang para cowok yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini belakang layar menerima saingan dari Santo Valentine dan ia secara belakang layar pula menikahkan banyak cowok hingga ia tertangkap berair dan ditangkap. Kaisar Cladius menetapkan eksekusi gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Tradisi Kirim Kartu
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan eksklusif dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, dikala Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.
Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, insiden itu dikaitkannya dengan isu terkini kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang hingga kini masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan eksklusif oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger menyampaikan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini gotong royong pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, bila seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melaksanakan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, alasannya yaitu meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah yaitu putra Nimrod “the hunter” yang kuasa Matahari. Disebut tuhan Cinta, alasannya yaitu ia begitu rupawan sehingga diburu banyak wanita bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melaksanakan incest dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Kristen sendiri. Menurut gereja Kristen menyerupai yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa gotong royong tidak ada yang diketahui secara niscaya mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus bersahabat Roma, diidentifikasikan sebagai mayat St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan kini yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin korelasi cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai kepingan dari sebuah perjuangan gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak sanggup dipertanggungjawabkan alasannya yaitu hanya menurut mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini hingga kini masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Kristen sendiri tidak sanggup menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dihentikan secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Kristen masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
Kepentingan Bisnis
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat Istimewa bagi orang yang dikasihi, semoga dagangan mereka laris dan mereka menerima keuntungan yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
Pesta Kemaksiatan
Christendom yaitu sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa menyerupai Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun sampaumur ini juga merambah ke daratan Amerika.
Orang biasanya menduga perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di era ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh tempat koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak sesudah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya mempunyai sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland menerima ide untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary" kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibentuk secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini yaitu hari raya terbesar kedua sesudah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua era ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, kini hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan laki-laki kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya sanggup berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk menunjukkan pemanis kepada wanita pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu korelasi yang serius. Ini menciptakan perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang lapang dada dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.
Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melaksanakan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di aneka macam hotel diselenggarakan aneka lomba dan program yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang insan berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagi party-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.
Bagaimana Mau merayakan valentine Day?
Sebagai epilog Saya sampaikan hadist Rasulullah SAW
“Barang siapa menggandakan suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
0 Response to "Valentine Day"