Latest News

Panduan Khusus Budidaya Padi Sistem Sri Memakai Pupuk Organik Nasa

Padi Sistem SRI (System Intensification Rice)

Sistem SRI yaitu teknik budidaya padi yang bisa meningkatkan produktifitas Padi Organik dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa kawasan mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskarantara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, asal Prancis. Metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Inggris terkenal dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.

Hasil metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa digunakan petani. Hanya saja dibutuhkan pikiran yang terbuka untuk mendapatkan metode gres dan kemauan untuk bereksperimen.

Lima dasar  praktis dari contoh SRI yaitu :
1. menggunakan bibit muda
2. jarak tanam yang lebar dengan bibit tunggal
3. mempertahankan tanah berair tapi tidak menggenang
4. mempertinggi soil organik
5. sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin

Teknis Budidaya Padi Organik NASA Metode SRI sbb:

1. Pengolahan Tanah
Mula-mula tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi atau kerbau. Selanjutnya tanah digaru sambil disebari Dolomit 250 – 500 kg dan pupuk organik SUPERNASA 5 – 10 kg per ha. Pada dikala menggaru dan meratakan tanah, usahakan semoga air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut. Setelah tanah diratakan,buatlah parit di cuilan pinggir dan tengah tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.

2. Persiapan Bibit
Kebutuhan benih untuk tumbuhan padi Sistem SRI yaitu 5-7 kg per hektar lahan.Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih yaitu larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
Benih yang baik untuk dijadikan benih yaitu benih yang karam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam POC NASA takaran 2 tutup / 10 liter air selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik atau kompos (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam.


3. Penanaman
Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur 7 – 10 hari setelah semai. Kondisi air pada dikala tanam yaitu “macak-macak” (Jawa.) atau kondisi tanah yang berair tetapi bukan tergenang. Pada metode SRI digunakan sistem tanam tunggal, yaitu satu lubang tanam diisi satu bibit padi. Selain itu, bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3 cm dengan bentuk perakaran horizontal (seperti aksara L). Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI yaitu jarak tanam lebar, contohnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm. Semakin lebar jarak tanam, semakin meningkat jumlah anakan produktif yang dihasilkan oleh tumbuhan padi. Penyebabnya, sinar matahari bisa mengenai seluruh cuilan tumbuhan dengan lebih baik sehingga proses fotosintesis dan pertumbuhan tumbuhan terjadi dengan lebih optimal. Jarak tanam yang lebar ini juga memungkinkan tumbuhan untuk menyerap nutrisi, oksigen dan sinar matahari secara maksimal.

4. Pemupukan Setelah Tanam

Pemupukan susulan dilakukan umur 15-20 hari setelah tanam dengan
UREA = 100 kg
NPK = 100 kg,
umur 40-50 hari setelah tanam
ZA = 50 kg
NPK = 100 kg ditambah  POWER NUTRITION sebanyak 2,5 – 5 kg per ha. Penyemprotan POC NASA dan HORMONIK  dilakukan pada umur 15, 30 dan 40-45 hari setelah tanam dengan takaran 4-6 tutup POC NASA + 1-2 tutup HORMONIK atau dengan 1 sachet GREENSTAR per tangki ukuran 14-17 liter.

5. Pengelolaan Air dan Penyiangan
Proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI dilakukan sebagai berikut :
Ketika padi mencapai umur 1-8 hari setelah tanam (HST), keadaan air di lahan yaitu “macak-macak”.
Sesudah padi mencapai umur 9-10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama 1 malam saja. Ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan tahap pertama. Setelah final disiangi, sawah kembali dikeringkan hingga padi mencapai umur 18 HST. Umur 19-20 HST sawah kembali digenangi untuk memudahkan penyiangan tahap kedua. Selanjutnya setelah padi berbunga, sawah diairi kembali setinggi 1-2 cm dan kondisi ini Dipertahankan hingga padi “masak susu” (± 15-20 hari sebelum panen). Kemudian sawah kembali dikeringkan hingga dikala panen tiba. 

6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dilakukan dengan sistem PHT ( Pengelolaan Hama Terpadu ). Dengan sistem ini, petani diajak untuk bisa mengelola unsur-unsur dalam agroekosistem (seperti matahari, tanaman, mikroorganisme, air, oksigen, dan musuh alami) sebagai alat pengendali hama dan penyakit tanaman. Cara yang dilakukan petani contohnya dengan pestisida organik berupa ramuan yang diolah dari bahan-bahan alami dan musuh alami yang berasal dari jamur dan virus untuk menghalau hama, menyerupai wereng, penggerek batang, walang sangit, keong mas dan burung. Untuk mencegah hama tersebut semprotkan PESTONA dan BVR secara selang seling tiap 1-2 ahad sekali. Untuk pengendalian gulma, metode SRI mengandalkan tenaga insan dan sama sekali tidak menggunakan herbisida. Biasanya digunakan alat bantu yang disebut “sosrok”. .Ini yaitu semacam garu yang berfungsi sebagai alat pencabut gulma. Dengan alat ini, gulma yang sudah tercabut sekaligus akan dibenamkan ke dalam tanah untuk menambah materi organik tanah. Perlu diingat, bahwa dalam aplikasi metode SRI, gulma yang tumbuh akan relatif banyak alasannya yaitu sawah tidak selalu ada dalam kondisi tergenang air.

Keuntungan menggunakan sistem SRI :
. meningkatkan produksi lebih dari 50 %
. bibit berkurang 80-90%
. ir irigasi bekurang 25-50%
. mengurangi pupuk kimia
. beras yang dihasilkan lebih tinggi dan eunak tenan.:)


Pola SRI yaitu teknik budidaya padi yang bisa meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa kawasan mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, asal Prancis. Metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Inggris terkenal dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. 

Hasil metode SRI sangat memuaskan. di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa digunakan petani. Hanya saja dibutuhkan pikiran yang terbuka untuk mendapatkan metode gres dan kemauan untuk bereksperimen.

Budidaya padi organik dengan teknologi NASA yang dipadukan dengan sistem contoh SRI tergantung dari cara pengelolaan tanaman. Ada 5 dasar  praktis yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. menggunakan bibit muda
2. jarak tanam yang lebar dengan bibit tunggal
3. mempertahankan tanah berair tapi tidak menggenang
4. mempertinggi soil organik dengan teknologi organik NASA
5. sirkulasi dalam tanah terjaga semaksimal mungkin

Pengolahan Tanah

Pada prinsipnya pengolahan tanah yaitu pemecahan bongkahan-bongkahan tanah sawah sedemikian rupa hingga menjadi lumpur lunak dan sangat halus serta ketersediaan air. Bila air dalam areal penanaman cukup banyak maka makin banyak unsur hara dalam butiran tanah yang lunak dan halus atau sering disebut koloid yang sanggup larut, sehingga berakibat makin banyak unsur hara yang sanggup diserap akar tanaman. Oleh alasannya yaitu itu, jika pengolahan tanah sawah makin sempurna, maka makin halus tanah tersebut sehingga jumlah koloid tanah makin banyak. Akibatnya unsur hara yang terikat akan makin banyak sehingga tanah makin subur.
Langkah awal pengolahan sawah yaitu memperbaiki pematang sawah dengan meninggikan dan menutup lubang-lubang yang ada di pematang sawah (istilah jawa “tembok “ ). Selanjutnya tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi atau kerbau. Tujuan pembajakan yaitu untuk pembalikan tanah, memberantas gulma, hama penyakit terbawa tanah, serta membenamkan dan mnguraikan biji-biji padi yang tertinggal dalam tanah. Menurut pengalaman petani padi organik, cara pembajakan secara tradisonal dengan kerbau memperlihatkan hasil lebih baik alasannya yaitu mata bajak tradisional akan lebih dalam masuk ke dalam tanah sehingga pengolahan menjadi lebih sempurna. Tingkat kedalaman pengolahan tanah ada hubungannya dengan produktivitas menyerupai tamapak pada tabel 1

Tabel 1. Pengaruh Kedalaman Pengolahan Tanah Terhadap Hasil Panen
Kedalaman Pengolahan Tanah ( cm ) Hasil Panen ( gr / rumpun )
8 12,4
12 18,2
16 20,8
20 23,2
24 26,4
28 27,9
32 27,5

Sumber :  Siregar, 1987 dalam Handoko, 2002

Dari tabel 2 sanggup dilihat bahwa makin dalam pengolahan tanah maka makin cantik produktivitas padinya. Namun pada kedalaman tertentu yaitu 32 cm balasannya justru menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa lapisan top soil yang merupakan lapisan tanah subur memang terbatas. Pengolahan tanah terbaik yaitu pada kedalaman sekitar 30 cm. Setelah dibajak dibiarkan selama seminggu dalam keadaan tergenang air semoga proses pelunakan tanah berlangsung sempurna. Seminggu kemudian tanah sanggup dibajak kembali semoga bongkahan tanah menjadi kecil. Pada pembajakan yang kedua, pertolongan pupuk sangkar atau kompos 2 - 3 ton ditambah SUPERNASA GRANULA sebanyak 50 kg atau SUPERNASA sebanyak 3 – 5 kg serta dolomite 300 – 500 kg (tergantung tingkat keasaman tanah) per ha. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara ditaburkan merata ke seluruh permukaan lahan (sebaiknya dibiarkan 2 - 4 hari), kemudian tanah dibajak semoga menyatu dengan pupuk dasar. Lahan yang sudah dibajak kedua kalinya dibiarkan tergenang kembali selama 3 - 5 hari. Kemudian dilakukan penggaruan dengan cara tradisional ( kerbau dan sapi ) atau cara modern ( traktor ). Penggaruan bertujuan semoga tanah menjadi rata dan rerumputan yang masih tertinggal sanggup terbenam ke dalam tanah. Setelah itu, lahan dilakukan proses pelumpuran menjadi lumpur halus dengan cara menginjak-injak tanah dan menarik dengan pelepah pisang dan biarkan 3 - 5 hari untuk siap ditanami.

Pada dikala menggaru dan meratakan tanah, usahakan semoga air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut. Setelah tanah diratakan,buatlah parit di cuilan pinggir dan tengah tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.
Persiapan Bibit
Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi bibit unggul kurang cocok ditanam secara organik alasannya yaitu diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Walaupun merupakan varietas unggul tahan hama dan penyakit tertentu, tetapi umumnya padi bibit unggul hanya tumbuh dan berproduksi optimal jika disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak. Tanpa pupuk kimia, padi tersebut tidak akan tumbuh subur dan berproduksi optimal.
Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas lokal atau alami tanpa rekayasa genetik menyerupai rojolele, mentik wangi susu, dan pandan wangi.
Kebutuhan benih mentik wangi susu dengan model SRI yaitu 5-10 kg per hektar lahan. Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih yaitu larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih yaitu benih yang karam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam POC NASA takaran 2 tutup / 10 liter air selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik atau kompos (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm selama 7 hari. Setelah umur 10 - 15 hari benih padi sudah siap ditanam. Atau benih yang sudah berkecambah disebarkan secara hati-hati ke permukaan tanah persemaian yang sudah disiapkan. Usahakan benih tersebar merata dan tidak tumpang tindih. Benih tidak perlu harus terbenam ke dalam tanah. Biasanya benih yang terbenam justru sanggup terinfeksi pathogen penyebab busuk kecambah.



0 Response to "Panduan Khusus Budidaya Padi Sistem Sri Memakai Pupuk Organik Nasa"

Total Pageviews